Analisis Diksi

ANALISIS PUISI “ NYANYIAN GERIMIS ”
MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL ROMAN
JAKOBSON
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Puisi
Oleh :
Septia Parwiyanti (2101412046)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Setelah membaca puisi yang berjudul “
NYANYIAN GERIMIS ” karya Soni Farid Maulana, saya dapat menyimpulkan bahwa
pengarang dalam menulis puisi tersebut sedang merindukan kekasihnya. Bait-bait puisi
tersebut juga menunjukkan pengalaman pribadi pengarang. Dalam puisi ini
pengarang menuangkan isi hatinya yang sedang kesepian akan hadirnya kekasihnya,
betapa rindunya ia terhadap kekasihnya. Perasaan pengarang yang menunjukkan
bahwa kerinduannya terhadap kekasih yang sangat dicintainya sedang
menggebu-gebu ini dibuktikan pada baris puisi yang berbunyi “ kerinduan bagai
awah gunung berapi”. Pada baris tersebut dapat diketahui bahwa rindu yang
dialami oleh pengarang sangat mendalam dan menggebu-gebu.
Selain itu bait puisi yang menunjukkan
bahwa perasaan pengarang sedang merindu adalah bait puisi berikut.
Di
pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Di
pantai hatiku pengarang ingin menunjukkan bahwa dalam
hatinya yang paling dalam. Menghapus
jarak dan bahasa, Antara kita berdua menunjukkan bahwa pengarang dan
kekasih yang di cintainya berada dalam tempat yang berbeda, ini sekaligus
membuktikan bahwa pengarang sedang merindu.
Ungkapan lain yang ditunjukkan oleh
pengarang dalam puisi “ NYANYIAN GERIMIS ” adalah bahwa pengarang menunjukkan
kesetiannya terhadap cintanya, perasaan itu ditunjukkan dalam baris puisi
berikut.
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Bait puisi tersebut membuktikan bahwa
dalam kesepiannya pengarang masih setia dengan cinta yang diberikan untuk
kekasihnya. Secara keseluruhan pengarang mengungkapkan perasaan dan suasana
batinnya bahwa ia setia dengan kekasihnya walaupun ia harus menahan rasa rindu
yang membara karena jarak yang memisahkan pengarang dengan kekasihnya.
Sehingga dapat dipastikan bahwa puisi
yang berjudul “ NYANYIAN GERIMIS ” ini, ditulis oleh pengarang sebagai ungkapan
perasaan hatinya yang setia dan menahan rasa rindu terhadap kekasih yang
dicintainya.
BAB
II
ISI
1.
PUISI
NYANYIAN GERIMIS
SONI
FARID MAULANA
Telah
kutulis jejak hujan
Pada
rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Yang
saling memahami gairah terpendam
Dialirkan
sungai ke muara
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Ekor
cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis hujan menyentuh telaga
Inikah
musim semi yang sarat nyanyian
Juga
tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Di
pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
1988
2.
ANALISIS
PUISI BERDASARKAN TEORI STRUKTURAL ROMAN JAKOBSON
a. STRUKTUR
INTRINSIK PUISI
1) Tema
Dalam puisi
“NYANYIAN GERIMIS”, saya dapat menyimpulkan bahwa tema yang diangkat adalah
“Keriduan dan Kesetian terhadap orang yang dicintai”. Hal ini terbukti sangat
jelas pada baris-baris yang terdapat pada bait puisi di atas. Misalnya pada
baris berikut,
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita
berdua
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita betah hidup di bumi
Bait
tersebut menunjukkan tema Kerinduan dan Kesetiaan terhadap kekasih yang jauh
keberadaannya. Merajuk pada pernyataan Waluyo (1987) yang menyatakan bahwa tema
puisi diklasifikasikan menjadi lima pokok mnegikuti isi pancasila, yaitu tema
ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan
sosial, maka puisi ini tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tema di
atas, karena pada dasarnya puisi ini diciptakan untuk mengungkapkan perasaan
atau tekanan batin pengarang karena rasa rindu yang dialaminya.
2) Perasaan
Perasaan
yang ditunjukkan dalam puisi di atas adalah rasa rindu, kesepian, dan hasrat
ingin bertemu dengan kekasih yang di cintainya. Dengan ditemani kesepian dan
keheningan pengarang semakin rindu dan ingin bertemu dengan kekasihnya. Awalnya
pengarang memendam perasaan rindunya, tetapi semakin lama perasaan rindu itu
semakin menjadi dan menggebu yang membuat pengarang semakin merasa kesepian
dengan rindu di hatinya. Baris puisi yang menunjukkan perasaan tersebut adalah
sebagai berikut.
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak
sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita
berdua
Dapat dilihat pada bait puisi di atas
menunjukkan unsur perasaan rindu yang dipendam dengan baik oleh pengarang.
Selain itu pada bait tersebut menekankah betapa merindunya pengarang terhadap
seseorang yang dikasihinya.
3) Nada
dan Suasana
Dalam
menulis puisi pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca yang disebut
sebagai “ nada puisi ” dan akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa
pembaca yang disebut sebagai “ suasana puisi ”. pada puisi ini pengarang lebih
menekankan pada perasaan rindu yang dipendam oleh pengarang. Selain itu tekanan
batin yang disampaikan kepada pembaca dalam kerinduan yang menimpanya.
Kerinduan itu disampaikan oleh pengarang dengan tokoh dalam puisi itu merasakan
kerinduan karena terpisahkan oleh jarak dan tempat dengan seseorang yang
dikasihinya. Seperti yang tertulis pada bait berikut.
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak
sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Yang
dapat diartikan bahwa pengarang menempatkan tokoh dalam puisi tersebut sedang
mengalami rasa rindu yang hanya bisa dipendamnya saja. Serta tokoh dalam puisi
tersebut juga digambarkan hanya dapat setia menanti seseorang yang dikasihinya
dengan ditemani rasa rindu yang kian menggebu.
Sedangkan
suasana puisi yang merupakan akibat dari puisi terhadap jiwa pembaca adalah
pengarang ingin menyampaikan dan menghipnotis pembaca agar ikut larut merasakan
apa yang tokoh dalam puisi rasakan dengan bentuk respon pembaca yang ikut
berdebar dalam membaca puisi tersebut dan juga ikut merasakan betapa merindunya
tokoh terhadap seseorang yang dicintainya.
Suasana
tersebut dapat dilihat pada keseluruhan bait yang ada pada puisi “ Nyanyian
Gerimis”. Karena pada setiap bait puisi tersebut menimbulkan suasana rindu yang
mengharukan dan mendalam. Sehingga pembaca yang membaca puisi tersebut akan
dapat merasakan kerinduan yang kemungkinan dirasakan oleh pengarang juga.
4) Amanat
Teori
struktural menganalisis amanat sebagai unsur intrinsik puisi. Amanat puisi
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalu penulisan puisi. amanat
puisi dapat diketahui dengan menelaah dan memahami tema, rasa, dan nada puisi.
Amanat yang terkandung dalam puisi “NYANYIAN GERIMIS” adalah bahwa cinta dan
kesetiaan dapat menumbuhakan rasa rindu yang mendalam terhadap orang yang
dicintainya. Secara tersirat dengan adanya rasa rindu terhadap seseorang yang
jauh keberadaannya itu secara tidak langsung pula akan menguji kesetiaan orang
tersebut.
b. STRUKTUR
EKSTRINSIK PUISI
1) Diksi
Diksi adalah pemilihan yang
digunakan oleh pengarang dalam puisi yang merupakan hasil pemilihan kata yang
cermat sehingga terbentuk suatu rangkaian kata yang menarik.
Dalam puisi di atas diksi yang
banyak digunakan adalah bahasa yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Pengarang cenderung menggunakan bahasa atau kata sinonimnya yang dirasa lebih
indah, tetapi memiliki makna yang sama dengan bahasa sehari-hari. Misalnya pada
bait berikut ini.
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Pada bait tersebut terdapat kata
“kalbu”. Dalam keseharian kata kalbu dapat diartikan dengan hati. Sehingga
dalam bait puisi tersebut akan lebih indah didengar dan memiliki makna lebih
walaupun sebenarnya makna antara hati dan kalbu tak jauh beda bahkan sering
disamakan. Sehingga penempatan kata kalbu
pada larik “Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu” lebih indah dan
bervariasi dibandingkan jika kata kalbu
diganti dengan kata hati. Ini sama
halnya dengan kata sukma yang
terdapat pada kata larik “Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma”. Dalam
bahasa sehari-hari kata sukma dapat
juga diartikan dengan kata jiwa, nyawa, atau roh. Tetapi pengarang lebih
cenderung menggunakan kata sukma daripada kata jiwa, roh atau nyawa karena kata
sukma mungkin lebih indah dari pada kata-kata tersebut. Sehingga bait-bait
dalam puisi di atas lebih terdengar indah dan
bermakna.
2)
Pengimajian
Teori struktural Roman Jakobson
menganalisis pengimajian sebagai unsur ekstrinsik puisi yang dapat
didefinisikan sebagai kata atau unsur kata yang dapat menimbulkan daya
imajinasi. Dengan daya imajinasi yang dimiliki pembaca, maka pembaca
seakan-akan dapat merasakan, mendengar, ataupun melihat hal-hal yang terjadi
dalam puisi yang dibacanya.
Dalam puisi yang berjudul “NYANYIAN
GERIMIS” tersebut terdapat pengimajian unsur penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Hal ini dibuktikan sebagai berikut.
a) Unsur
Penglihatan
Pengimajian
unsur penglihatan dapat dilihat pada baris-baris puisi berikut.
(1)
Telah kutulis jejak hujan
(2)
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
(3)
Dialirkan sungai ke muara
(4)
Pada kulit dan rambutmu
(5)
Yang menghapus jejak hujan
(6)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
(7)
Seperti lengkung pelangi
Dalam baris-baris puisi di atas,
kata-kata atau kalimat yang digunakan akan menimbulkan daya imajinasi terhadap
unsur penglihatan. Karena dengan kata-kata atau kalimat yang digunakan di atas
maka pembaca seolah-olah dapat melihat apa yang di tuliskan oleh pengarang.
b) Unsur
Pendengaran
Pengimajian unsur pendengaran dapat
ditunjukkan pada baris-baris puisi berikut ini.
(1) Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
(2) Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Dalam baris-baris puisi di atas, kata
atau kalimat yang digunakan menimbulkan daya imajinasi unsur pendengar,
misalnya pada kata percakapan,desah nafasmu, maka pembaca seolah-olah akan
dapat mendengarkan, sehingga daya imajinasi yang ditimbulkan yaitu daya
imajinasi terdapat unsur pendengaran.
c) Unsur
Perasaan
Daya imajinasi terhadap unsur perasaan
dapat ditunjukkan dengan baris puisi sebagai berikut.
(1) Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
(2) Yang
saling memahami gairah terpendam
(3) Sesaat
kita larut dalam keheningan
(4) Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
(5) Sehabis
hujan menyentuh telaga
(6) Kerinduan
bagai awah gunung berapi
(7) Di
pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Kata-kata dalam baris-baris puisi di
atas menimbulkan daya imajinasi terhadap unsur perasaan. Karena pembaca
seolah-olah dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang.
Secara keseluruhan daya imajinasi yang
ditimbulkan dan dibangkitkan dalam puisi “NYANYIAN GERIMIS” adalah daya
imajinasi terhadap unsur penglihatan dan perasaan. Sehingga pembaca dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang dan pembaca juga seakan-akan dapat
melihat apa yang oleh pengarang.
3) Kata
Konkret
Kata konkret yang terdapat pada puisi
Nyanyian Gerimis karya Soni Farid Maulana yaitu sebagai berikut.
a) Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Yang
saling memahami gairah terpendam
Kata-kata dalam baris di atas
dimaksudkan untuk menunjukkan dan menggambarkan suasana pengarang bahwa ia
menyimpan gairah (rindu) yang selalu dipendamnya.
b) Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Kata yang terdapat dalam baris puisi di
atas menggambarkan betapa rindunya pengarang terhadap orang yang dikasihinya.
4) Bahasa
Figuratif
Dalam puisi di atas, pengarang banyak
menggunakan gaya bahasa atau majas. Majas digunakan diantaranya majas
personifikasi dan perumpamaan. Tetapi secara keseluruhan majas atau gaya bahasa
yang digunakan adalah personifikasi.
Berikut ini adalah baris atau larik yang
menunjukkan bahwa puisi di atas menggunakan bahasa figuratif.
a) Majas
Personifikasi
Telah
kutulis jejak hujan, baris tersebut menggunakan majas
personifikasi karena kata jejak hujan dalam baris tersebut menunjukkan bahwa
hujan memiliki jejak, dan seolah olah bernyawa tetapi sebenarnya jejak yang
dimaksud adalah jejak orang yang dicintai oleh pengarang.
Ekor
cahaya berpantulan dalam matamu, di baris ini juga
digunakan kata ekor untuk melengkapi kata cahaya, dan ini menggambarkan
seolah-olah cahaya itu hidup.
Sehabis
hujan menyentuh telaga, dalam baris ini pun
jugamenyebutkan bahwa hujan telah menyentuh telaga, sehingga seolah-olah hujan
itu sesuatu yang bernyawa dan memiliki tangan. Padahal ini hanya perumpamaan
yang tidak langsung.
b) Majas
Perumpamaan
Kerinduan bagai awah gunung berapi,
baris puisi tersebut dimasukkan ke dalam majas perumpamaan karena menggunakan
kata perumpamaan yaitu “bagai”.
5) Rima/Ritme
Pengulangan
kata/frasa dalam puisi di atas terdapat pada kata jejak hujan. Jejak yang
dimaksud dalam puisi tersebut memiliki arti kenangan. Kata tersebut sengaja
diulang untuk menekankan bahwa kenangan-kenangan pengarang bersama dengan
seseorang yang dicintainya. Selain itu pengarang mengulang kata tersebut juga
dengan maksud untuk meyakinkan pembaca bahwa pengarang telah menyimpan dengan
baik jejak (kenangan) pengarang dengan orang yang dicintainya itu.
6) Tata
Wajah/Tipografi
Tipografi
merupakan pembeda yang penting antara
puisi, prosa, dan drama. Dalam puisi di atas pengarang menggunakan beberapa
tipografi sebagai berikut.
a) Menggunakan
huruf Kapital di awal kalimat tanpa diakhiri dengan tanda baca. Misalnya pada
bait berikut ini.
Telah
kutulis jejak hujan
Pada
rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Yang
saling memahami gairah terpendam
Dialirkan
sungai ke muara
b) Sebagian
baitnya menjorok ke dalam, misalnya pada bait berikut ini.
Telah
kutulis jejak hujan
Pada
rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Yang
saling memahami gairah terpendam
Dialirkan
sungai ke muara
Sesaat kita larut dalam
keheningan
Cinta membuat kita
betah hidup di bumi
c) Terdapat
enjambemen pada salah satu barisnya
Pada
rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tipografi yang digunakan oleh pengarang
dalam puisi di atas menunjukkan bahwa pengarang menuangkan ide-ide secara
bebas, serta menciptakan puisi tersebut dengan bebas pula sesuai keinginan dari
pengarang.
Selain itu tipografi yang digun akan
oleh pengarang mungkin bertujuan untuk sekadar keindahan tampilan puisi yang
diciptakannya atau juga untuk mengintensifkan makna dan rasa puisi yang
diciptakannya.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dengan
menganalisis puisi yang berjudul “NYANYIAN GERIMIS” karya Soni Farid Maulana
menggunakan teori struktural Roman Jakobson maka dapat disimpulkan bahwa isi
puisi tersebut menceritaka tentang kerinduan seseorang terhadap orang yang
dicintainya. Dengan adanya rasa kerinduan tersebut dapat menumbuhkan rasa dan
sikap kesetiaan menanti orang yang dikasihinya itu.
Komentar
Posting Komentar