ANALISIS SASTRA ANAK MENGGUNAKAN PENDEKATAN MIMETIK




Description: D:\BACKGROUND\unnes.jpg
ANALISIS SASTRA ANAK
MENGGUNAKAN PENDEKATAN MIMETIK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sastra Anak
Dosen Pengampu : Ibu Nas Haryati
                               Ibu Wati Istanti

Oleh

Nama               : Septia  Parwiyanti      
NIM                 : 2101412046
Rombel           : 2


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah tentang analisis sastra anak menggunakan pendekatan mimetik  ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran pihak lain. Untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.      Ibu Nas Haryati Dosen Pengampu Mata Kuliah Sastra Anak.
2.      Ibu Wati Istanti Dosen Pengampu Mata Kuliah Sastra Anak.
3.      Kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan.
4.      Teman-teman yang telah membantu dan menjadi referensi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak sebagaimana yang diharapkan.


Semarang, 6 Januari 2014

Penulis









Kegiatan menganalisis karya sastra merupakan hal yang lumrah dilakukan sebagai suatu proses pemaknaan atau pemberian makna terhadap karya sastra dengan intensitas estetik,  istilah lainnya adalah konkretisasi. Karya sastra yang akan dianalisis juga beragam, bergantung kita akan menganalisis apa jenis karya sastranya. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan menganalisis sastra anak, khususnya prosa anak, puisi anak, dan drama anak.
Prosa anak, puisi anak, dan drama anak adalah jenis karya sastra yang memiliki unsur atau struktur yang berbeda. Prosa anak meliputi cerita rakyat, cerita kehidupan sehari-hari, cerita terjemahan, cerita alam benda mati, cerita alam bukan manusia, cerita alam manusia, komik, bacaan, majalah, dan lain sebagainya. Puisi anak meliputi puisi naratif, puisi balada, puisi lirik, puisi lagu, puisi tembang dolanan, dan nursey puisi rymes. Sedangkan drama anak adalah cerita yang mempersoalkan bahagia atau derita sebagai usaha menciptakan keterlibatan emosional pembaca. Dalam analisis kali ini, penulis akan menggunakan pendekatan mimetik untuk menganalisis jenis sastra anak tersebut.

Jika kita berbicara tentang teori Mimetik, kita tidak dapat terlepas dari pengaruh dua orang filsuf besar dari Yunani, yaitu Plato dan Aristoteles. Plato menganggap bahwa karya seni berada di bawah kenyataan karena hanya berupa tiruan dari tiruan yang ada dipikiran manusia yang meniru kenyataan. Sementara, Aristoteles sebagai murid dari Plato berbeda pendapat. Aristoteles menganggap karya seni adalah berada di atas kenyataan karena karya seni sebagai katalisator untuk menyucikan jiwa manusia.
Menurut Abrams (1976), pendekatan mimetik merupakan pendekatan estetis yang paling primitif. Akar sejarahnya terkandung dalam pandangan Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, dasar pertimbangannya adalah dunia pengalaman yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan. Secara hierarkis dengan demikian karya seni berada di bawah kenyataan. Pandangan ini ditolak oleh Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusaha menyucikan jiwa manusia, sebagai katharsis. Di samping itu juga karya seni berusaha membangun dunianya sendiri (Ratna, 2011: 70).
Pandangan Plato mengenai mimetik sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai konsep ide-ide yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai seni. Plato menganggap ide yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Ide merupakan dunia ide yang terdapat pada manusia. Ide oleh manusia hanya dapat diketahui melalui rasio, tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan pancaindra. Ide bagi Plato adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah,  misalnya ide mengenai bentuk segitiga, ia hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari kayu dengan jumlah lebih dari satu. Ide mengenai segitiga tersebut tidak dapat berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu bisa berubah (Bertnens, 1979: 13).
Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep ide tersebut, Plato sangat memandang rendah seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic bagian kesepuluh. Bahkan, ia mengusir seniman dan sastrawan dari negerinya karena menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi Athena. Mereka dianggap hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. Pandangan tersebut muncul karena mimetik yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’. Seluruh barang yang dihasilkan manusia menurut Plato hanya merupakan copy dari ide, sehingga barang tersebut tidak akan pernah sesempurna bentuk aslinya (dalam ide-ide mengenai barang tersebut). Bagi Plato seorang tukang lebih mulia dari pada seniman atau penyair. Seorang tukang yang membuat kursi, meja, lemari, dan lain sebagainya mampu menghadirkan ide ke dalam bentuk yang dapat disentuh pancaindra. Sedangkan penyair dan seniman hanya menjiplak kenyataan yang dapat disentuh pancaindra (seperti yang dihasilkan tukang), mereka oleh Plato hanya dianggap menjiplak dari jiplakan (Luxemberg, 1989: 16).
Menurut Plato mimetik hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah menghasilkan kopi sungguhan, mimetik hanya mampu menyarankan tataran yang lebih tinggi. Mimetik yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu secara langsung terhadap dunia ide  (Teew, 1984: 220). Hal itu disebabkan pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada secara faktual seperti yang telah disebutkan di muka. Bahkan, seperti yang telah dijelaskan di muka, Plato mengatakan bila seni hanya menimbulkan nafsu karena cenderung menghimbau emosi, bukan rasio (Teew, 1984: 221).
Aristoteles adalah seorang pelopor penentangan pandangan Plato tentang mimetik yang berarti juga menentang pandangan rendah Plato terhadap seni. Apabila Plato beranggapan bahwa seni hanya merendahkan manusia karena menghimbau nafsu dan emosi, Aristoteles justru menganggap seni sebagai sesuatu yang bisa meninggikan akal budi.  Aristoteles memandang seni sebagai katharsis, ‘penyucian terhadap jiwa’. Karya seni oleh Aristoteles dianggap menimbulkan kekhawatiran dan rasa khas kasihan yang dapat membebaskan dari nafsu rendah penikmatnya” (Teew, 1984: 221).
Aristoteles menganggap seniman dan sastrawan yang melakukan mimetik tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan kebaruan. Seniman dan sastrawan menghasilkan suatu bentuk baru dari kenyataan indrawi yang diperolehnya. Dalam bukunya yang berjudul Poetica, Aristoteles mengemukakakan bahwa sastra bukan copy (sebagaimana uraian Plato) melainkan suatu ungkapan mengenai “universalia” (konsep-konsep umum). Dari kenyataan yang menampakkan diri kacau balau seorang seniman atau penyair memilih beberapa unsur untuk kemudian diciptakan kembali menjadi ‘kodrat manusia yang abadi’, kebenaran yang universal. Itulah yang membuat Aristoteles dengan keras berpendapat bahwa seniman dan sastrawan jauh lebih tingi dari tukang kayu dan tukang-tukang lainnya (Luxemberg, 1989: 17).
Pandangan positif Aristoteles terhadap seni dan mimetik dipengaruhi oleh pemikirannya terhadap ‘ada’ dan ide-ide. Aristoteles menganggap ide-ide manusia bukan sebagai kenyataan.  Jika Plato beranggapan bahwa hanya ide-lah yang tidak dapat berubah, Aristoteles justru mengatakan bahwa yang tidak dapat berubah (tetap) adalah benda-benda jasmani itu sendiri. Benda jasmani oleh Aristoteles diklasifikasikan ke dalam dua kategori, bentuk dan kategori. Bentuk adalah wujud suatu hal, sedangkan materi adalah bahan untuk membuat bentuk tersebut, dengan kata lain bentuk dan meteri adalah suatu kesatuan (Bertens, 1979: 13).
Mimetik yang menjadi pandangan Plato dan Aristoteles saat ini telah ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk teori estetika (filsafat keindahan) dengan berbagai pengembangan didalamnya. Pada zaman Renaissaince pandangan Plato dan Aristoteles mengenai mimetik saat ini telah dipengaruhi oleh pandangan Plotinis, seorang filsuf Yunani pada abad ke-3 Masehi. Mimetik tidak lagi diartikan suatu pencerminan tentang kenyataan indrawi, tetapi merupakan pencerminan langsung terhadap ide. Berdasarkan pandangan di atas, dapat diasumsikan bahwa susunan kata dalam teks sastra tidak meng-copy secara dangkal dari kenyataan indrawi yang diterima penyair, tetapi mencerminkan kenyataan hakiki yang lebih luhur. Melalui pencerminan tersebut kenyataan indrawi dapat disentuh  dengan dimensi lain yang lebih luhur (Luxemberg, 1989: 18).
Konsep mimetik zaman reanaissance tersebut kemudian tergeser pada zaman romantic. Aliran romantic justru memperhatikan kembali yang aneh-aneh, tidak riil dan tidak masuk akal. Apakah dalam sebuah karya seni dan sastra mencerminkan kembali realitas indrawi tidak diutamakan lagi. Sastra dan seni tidak hanya menciptakan kembali kenyataan indrawi, tetapi juga menciptakan bagan mengenai kenyataan. Kaum romantic lebih memperhatikan sesuatu dibalik mimetik, misalnya persoalan plot dalam drama. Plot atau alur drama bukan suatu urutan peristiwa saja, melainkan juga dipandang sebagai kesatuan organik dan karena itulah drama memaparkan suatu pengertian mengenai perbuatan-perbuatan manusia.
Pendekatan ini menghubungkan karya sastra dengan alam semesta (dalam istilah Abrams: univers). Universe ‘aiam semesta’ ini berkaitan dengan aspek dan masalah yang cukup luas dan rumit, tidak hanya menyangkut masalah ilmu sastra, tetapi juga antara lain filsafat, psikologi, dan sosiologi dengan segala aspeknya. Sesuai dengan judul tulisan ini, masalahnya dibatasi pada ilmu sastra saja.
Dalam ilmu sastra barat, masalah ini dimulai oleh filsuf Plato dan muridnya, namun yang sekaligus bertentangan pendapat, yaitu Aristoteles. Hampir dua ribu tahun yang lalu mereka telah memperdebatkan karya sastra dalam hubungannya dengan kenyataan, dan persoalan itu masih tetap relevan sampai sekarang.
Dalam hubungan karya sastra dengan nimesis ‘kenyataan; Plato berpendapat bahwa sastra hanyalah tiruan dan tidak menghasilkan kopi yang sungguh-sungguh. Seni hanyalah meniru dan membayangkan hal yang tampak; jadi, berdirih di bawah kenyataan. Seni seharusnya trutbful ‘penuh kebenaran’ dan seorang seniman harus modest’  ‘rendah hati’; seniman cenderung mengumbar nafsu, padahal manusia yang berasio seharusnya meredakan nafsu.
Adapun Aristoteles berpendapat bahwa seni justru membuat suci jiwa manusia lewat proses yang disebut katharsis. Penyair tidak meniru kenyataan; seniman mencipta dunia sendiri dengan probability ‘kemungkinan-kemungkinan ; Karya seni menjadi sarana pengetahuan yang khas, cara yang unik untuk membayangkan pemahaman tentang aspek atau situasi manusia yang tak dapat diungkapkan dengan jalan lain.
Hubungan alam semesta dengan seni dalam pandangan berbagai kebudayaan boleh dikatakan sejalan. Dalam sejarah kebudayaan barat, hubungan seni dan alam cukup sentral. Pada abad pertengahan manusia hanya mengambil contoh ciptaan Tuhan yang mutlak baik dan indah. Juga dalam kebudayaan Arab, penyair terikat pada ciptaan Tuhan, yang merupakan model sempurna; dalam Al-Quran kebenaran diberikan melalui pemakaian bahasa yang tidak ada yang dapat mengunggulinya; dalam puitika Cina umumnya aspek mimetik ditekankan pada seni. Tata semesta kebenaran kesejarahan dan kemanusiaan harus menjadi teladan bagi sastra. Ciptaan dalam arti rekaan murni tidak dianggap sebgai seni. Dalam puisi Jawa kuno, khususnya dalam kakawin, aspek mimetik, yaitu alam sebagai teladan, bagi penyair sangat kuat pengaruhnya. Penyair mencari ilham dalam keindahan alam dengan berkelana menelusuri keindahan dan bagian yang paling puitik dalam arti luas. Kakawin disamakan dengan unio mystica, yaitu persatuan manusia dengan Tuhan melalui keindahan.

















BAB II
Dalam menganalisis sastra anak, baik itu prosa anak, puisi anak, maupun drama anak dengan menggunakan pendekatan mimetik, maka karya sastra tersebut haruslah dikaitkan dengan keadaan dilingkungan sekitar atau apa yang ada di alam semesta ini. Hal yang dikaitkanpun bisa bervariasi, misalnya pendiskripsian setting yang ada dalam karya sastra, apakah sesuai dengan apa yang ada di alam semesta ini. Kemudian bisa juga bagian-bagian alam semesta yang digunakan dalam karya sastra, atau bisa juga kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembahasan kali ini, penulis akan menganalisis prosa anak yaitu cerpen yang berjudul “Rusy, Kelinciku”, dalam cerpen ini menceritakan seorang anak bernama Rani yang memiliki binatang peliharaan yang sangat disayanginya. Binatang itu adalah seekor kelinci yang diberi nama Rusy. Dan ketika kelincinya ini meninggal, Rani bersedih dan merasa kehilangan, jika dianalisis menggunakan pendekatan mimetik, maka kisah dalam cerpen tersebut banyak terjadi di kehidupan sehari-hari. Dalam cerpen ini, dari awal sampai akhir ceritanya sangat lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Analisis secara rincinya adalah sebagai berikut.
Dalam cerita Rani bangun pagi dan menunaikan kewajibannya yaitu shalat subuh. Dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Hoaaamm…!” aku terbangun di pagi yang cerah. “Wah, sudah pagi rupanya! Aku sholat subuh dulu, deh!” gumamku. Lalu, aku pun membereskan ranjangku, dan pergi ke kamar mandi yang kebetulan berada di kamarku. Kemudian, aku segera mengambil air wudhu. Setelah itu, aku menunaikan ibadah shalat subuh. Allahu akbar! gumamku pelan.
Hal ini menunjukkan bahwa Rani beragama islam, dan sebagai seorang muslim Rani menunaikan kewajibannya yaitu menunaikan shalat subuh. Jika kisah Rani dikaitkan dengan kejadian yang ada di kehidupan sehari-hari, hal ini sangat sesuai, karena pada kenyataannya juga banyak anak-anak yang menjalankan kewajibannya sebagai muslim, yaitu menunaikan shalat. Jadi setting tersebut membuktikan bahwa karya sastra merupakan tiruan ide yang ada di lingkungan sekitar.

Adegan yang kedua dalam cerpen ini, adalah Rani sarapan dengan ibunya, dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut.
“Halo, ma!” sapaku kepada mama. “Eh, Rani sayang. Sudah bangun? Sudah shalat subuh belum?” tanya mama. “Sudah dong, ma. Mama sendiri?” aku balik bertanya. “Mama juga sudah shalat. Baru saja selesai. Sarapan yuk, sayang!” ajak mama. “Ayuk, ma!” Lalu, kami pun sarapan pagi di ruang makan. “Mari, Nyonya, Non Rani. Silakan dimakan,” ujar bi Minah yang sudah memasakkan sarapan pagi itu. “Hmm… lezat sekali!” seruku seraya membuka tudung saji yang berwarna hijau tua itu. “Wah, pantas saja lezat. Bi Minah emang oke!” seruku yang melihat pancake cokelat plus keju dan saus karamel yang nikmat dan susu hangat untuk sarapan kali ini. “Ayo, sayang!” Lalu, aku dan mama pun berdoa terlebih dahulu, dan langsung menyantap sarapan pagi ini.
“Hmm! Kenyang!” seruku senang sambil mengelus-elus perutku.
Dalam kutipan cerpen di atas, aktivitas yang dilakukan oleh tokoh merupakan kejadian sehari-hari yang lazim dilakukan oleh anak-anak maupun manusia. Misalnya, seorang ibu yang bertanya pada anaknya sudah shalat belum, lalu mengajak anaknya untuk sarapan. Lalu ekspresi anak yang menunjukkan sikap manja dan selalu ingin lebih dulu, membuktikan bahwa tingkah laku ini merupakan tiruan dari kejiadian sehari-hari. Selain itu, tingkah seorang anak yang mengelus-elus perutnya karena merasa kenyang sering diakukan oleh anak-anak kebanyakan, hal ini ini juga menunjukkan kesesuaian kejadian yang terjadi dalam cerita dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
Adegan selanjutnya adalah ketika Rani panik mengantarkan Rusy ke rumah sakit untuk melahirkan, yang pada akhirnya Rusy meninggal dan Rani sangat bersedih. Dalam kejadian tersebut menunjukkan bahwa seorang anak yang menyayangi kelincinya dan sangat bersedih ketika kelinci kesayangannya itu meninggal. Jika dianalisis menggunakan pendekatan mimetik, maka hal ini sangat berkaitan dengan pola tingkah laku seorang anak yang menyayangi binatang peliharaannya. Hal ini banyak dilakukan oleh anak-anak penyayang binatang. Ini menunjukkan bahwa cerita dan pendeskripsian ditiru dari kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
Secara keseluruhan, cerpen yang berjudul Rusy, Kelinciku, aktivitas yang dilakukan tokoh atau kejadian yang dialami tokoh adalah hal-hal yang lazim terjadi di lingkungan sekitar atau kehidupan sehari-hari dialam semesta ini, karena di dalam cerpen digambarkan sosok Rani yang menyayangi kelincinya dan sangat sedih ketika kelincinya mati. Maka ibunya Rani memberikan semangat kepadaRani untuk tidak sedih lagi. Sesuai dengan kenyataan seorang anak akan menyayangi sesuatu yang dianggapnya menyenangkan, dan ketika anak itu kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya maka anak tersebut akan menangis dan bersedih, jika sudah bersedih dan menangis, seorang ibu akan menghibur anaknya dengan bebagai cara agar anaknya tidak bersedih lagi. Bagian alam semesta yang ada atau yang digunakan dalam cerpen di atas adalah unsur binatang, yaitu kelinci. Secara keseluruhan dalam cerpen melibatkan hal-hal yang ada di alam semesta ini dan kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar.

Analisis kali ini, penulis akan menganalisis puisi naratif yang berjudul Putri Bangau, dalam puisi tersebut mengisahkan tentang seorang petani yang menolong seekor burung bangau yang terluka, kemudian bangau tersebut menjadi istrinya karena bangau tersebut merupakan jelmaan dari seorang putri. latar tempat yang diambil dari negeri Jepang. Secara rinci penulis akan menganalisis perbait, sebagai berikut.
Pada bait pertama, diceritakan bahwa di negeri Jepang ada seekor burung bangau yang sayapnya terluka sehingga burung bangau tersebut tidak dapat terbang. Jika dikaitkan dengan kenyataannya, kemungkinan hal tersebut terjadi di negeri Jepang, tidak di Jepang saja kejadian seekor burung yang sayapnya terluka juga sering terjadi di Indonesia. Dalam bait pertama bagian alam semesta yang digunakan adalah negara Jepang dan seekor burung bangau. Keduanya merupakan bagian atau hal yang ada di alam semesta ini.
Pada bait kedua, diceritakan ada Pak Tani setengah baya yang menemukan burung bangau tersebut di dekat telaga. Pak Tani pun menolong burung bangau tersebut dan mengobati sayapnya, sehingga sayapnya sembuh dan burung bangau tersebut dapat terbang kembali. Pada kenyataannya kejadian seorang petani menemukan burung, meskipun bukan burung bangau dan ditemukan di dekat telaga, tetapi setidaknya, kejadian menemukan burung dan mengobati sayap yang terluka memang pernah terjadi di alam semesta ini. Seseorang yang pada dasarnya memiliki jiwa penyayang akan merasa kasihan pada sesama makhluk, sehingga akan ada dorongan untuk menolong. Penggambaran cerita melibatkan bagian dari alam semseta ini yaitu sebuah telaga, ini sesuai dengan kenyataan bahwa di alam semesta ini terdapat telaga.
Pada bait ketiga, karena hanya seekor burung, sang bangau tak banyak bicara. Ia hanya dapat berjanji akan datang kembali kepada Pak Tani yang berhati mulia. Jika dikaitkan pada kenyataan, kemungkinan ini tidak terjadi, karena ini lebih menjurus ke dunia khayal, karena seekor burung tidak mungkin berpikir. Ini lebih menunjukkan hubungan timbal  balik yang terjadi di alam semesta ini, yaitu barang siapa berbuat baik, maka ia akan mendapat kebaikan pula, begitu pula Pak Tani tersebut, akan mendapat balasan dari sang bangau tersebut.
Pada bait keempat, menceritakan ada seeorang putri yang ingin menjadi istri Pak Tani. Sesuai dengan kenyataan, hal ini sering terjadi yaitu seorang perempuan ingin menjadi isteri dari lelaki pujaannya, tetapi dalam kisah tersebut sedikit dibubuhi oleh khayalan, yaitu adanya putri yang tiba-tiba datang ingin menjadi istri Pak Tani.
Pada bait kelima, menceritakan Pak Tani dan sang putri pun menikah karena tidak ada halangan dan rintangan yang menhadang. Keduanya mendirikan rumah di tengah hutan, dan bekerja siang dan malam. Sesuai kenyataan, pasangan suami istri akan bekerja keras untuk kelangsungan hidup mereka. Penggambaran cerita adalah pernikahan, dalam kejadian sehari-hari pernikahan merupakan hal yang sudah wajar terjadi.
Pada bait keenam, diceritakan Pak Tani pergi ke ladang dan sang istri menenun kain di dalam kamar. Sesuai dengan kenyataan, bahwa seeorang suami akan bekerja untuk menghidupi istrinya. Sedangkan sang istri akan melakukan kegiatan yang dirasanya dapat membantu suaminya.
Pada bait ketujuh, diceritakan bahwa sang istri menenun selembar kain menjadi sarung sutra yang sangat halus.sang istri pun meminta suaminya untuk menjual kain sutra tersebut kepada pedagang dari kota. Jika dikaitkan dengan kenyataan, seorang istri akan meminta suaminya untuk menjual barang hasil buatannyauntuk membantu suaminya. Ini lazim terjadi di kehidupan sehari hari.
Pada bait kedelapan, diceritakan seorang pedagang yang membeli hasil tenunan sang istri seharga sepundi emas karena kainnya sangat halus. Hal ini lebih bersifat khayal, karena dalam kehidupan sehari-hari jarang bahkan tidak pernah kejadian tersebut terjadi.
Pada bait terakhir, dikisahkan kehidupan Pak Tani yang menjadi bahagia dan kaya karena memiliki seorang istri yang cantik jelita. Pada kenyataannya, hal ini memiliki dua fakta yang terjadi, yaitu ada seorang petani yang miskin, kemudian menikah dengan perempuan lalu hidupnya menjadi lebih baik, dan hidup bahagia, tetapi ada juga seorang petani yang menikah dengan perempuan tetapi hidupnya tetap dan tidak berubah.
Secara keseluruhan, puisi anak tersebut, sudah sesuai dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, meskipun ada beberapa kisah yang dibubuhi dengan daya khayal yang kurang masuk akal, tetapi setelah dianalisis menggunakan pendekatan mimetik, ternyata puisi tersebut sesuai dengan kejadian yang terjadi di alam semesta ini. Setidaknya apa yang digambarkan dalam puisi di tersebut melibatkan unsur-unsur atau bagian yang ada di alam semesta ini, sehingga kesesuaian fakta dalam puisi dengan kejadian dilingkungan sekitar cukup terlihat jelas.

Dalam menganalisis drama anak menggunakan pendekatan mimetik, kali ini penulis memilih drama anak dalam film Petualangan Sherina. Selain tokohnya yang menampilkan tokoh anak, cerita dan kisah dalam film ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dianalisis. Dalam film ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Sherina yang memiliki sikap pemberani dan memiliki ide-ide cemerlang. Secara keseluruhan, ceritanya berkisah tentang petualangan sherina ketika ia dan temannya diculik, kemudian Sherina mencari cara untuk bebas dari penculik-penculik itu.
Jika dianalisis menggunakan pendekatan mimetik, yaitu dikaitkan dengan kejadian di alam semesta ini, kesesuaian film dengan kenyataan yang terjadi cukup jelas. Seorang anak akan mencari berbagai cara untuk melepaskan diri apabila berada dalam kondisi yang tidak nyaman. Dalam film Sherina digambarkan sebagai sosok anak yang ceria dan berani, dalam kehidupan sehari-hari juga banyak dijumpai anak yang memiliki jiwa pemberani dan selalu ceria. Analisis lebih rinci akan penulis jabarkan sebagai berikut.
Latar pertama dalam film petualangan Sherina adalah ketika Sherina dan teman-temannya pulang sekolah, kemudian mereka memberi makan anak burung dengan memanjat sebuah pohon. Salah satu teman Sherina tidak berhasil mengambil anak burung itu, kemudian Sherina memanjat pohon dan berpura-pura telah mengambil anak burung itu. Pada kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari, ini banyak dilakukan oleh anak-anak khususnya yang baru duduk di bangku sekolah dasar. Mereka ketika pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah, melainkan bermain-main dahulu, setelah itu baru anak-anak itu pulang ke rumah masing-masing. Ini sesuai dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
Latar kedua dalam film ini adalah ketika Sherina telah sampai di rumah, dan diberitahu oleh kedua orang tuanya ada kabar gembira. Sherina penasaran dan senang mendengar ada kabar gembira. Akan tetapi setelah mendengar kabar itu, bukannya senang justru Sherina merasa sedih, karena kabar gembira itu justru kabar buruk baginya, karena Sherina harus pindah ke Bandung Utara dengan begitu Sherina akan kehilangan teman-temannya. Sesuai dengan kenyataan yang terjadi, seorang anak akan cenderung ingin tahu dan penasaran jika diberitahu ada kabar gembira untuknya, akan tetapi jika setelah mendengar kabar tersebut tidak sesuai dengan harapannya, maka anak tersebut akan merasa biasa saja atau malah bersedih karena merasa dirugikan. Selain itu, seorang anak akan merasa sedih apabila harus berpisah dari teman-temannya yang dianggapnya menyenangkan. Penggambaran unsur tempat yang digunakan adalah rumah, kesesuaian faktanya adalah rumah memang ada di dunia ini.
Latar yang ketiga digambarkan perjalanan Sherina menuju Bandung, dan kesedihan Sherina yang harus kehilangan teman-temannya. Di sepanjang perjalanan Sherina hanya diam dan murung. Pengalaman yang dialami oleh Sherina, ini merupakan tiruan dari kenyataan yang ada di kehidupan sehari-hari, karena perilaku yang ditunjukan oleh Sherina sama halnya dengan perilaku yang dialami oleh anak-anak  yang merasa sedih tetapi tidak berani membantah orang tuanya. Maka anak tersebut hanya bisa menuruti perintah orang tua. Anak-anak yang merasa tidak puas dengan keputusan yang diberikan oleh orang tuanya cenderung marah dan lebih banyak diam. Itu merupakan cara anak-anak menunjukkan sikap tidak setujunya.
Latar selanjutnya dalam film ini adalah pada saat Sherina memasuki kelas barunya. Saat pertama kali Sherina masuk kelas, ia sudah diejek oleh Sadam dan teman-temannya, ini membuat Sherina kesal tetapi tidak menyerah. Justru Sherina berani menantang Sadam dan menunjukkan bahwa ia bukan anak yang lemah. Perilaku seperti ini kebanyakan terjadi, karena seorang anak yang menempati suasana atau lingkungan baru akan membutuhkan waktu dalam beradaptasi. Anak cenderung menyendiri dan menunggu teman-teman barunya yang datang menghampirinya. Setelah ada teman-teman yang menghampirinya maka si anak tersebut akan lebih percaya diri dalam beradaptasi dilingkungan barunya, bahkan lebih nyaman dan dapat memperoleh kesenangan baru.
Latar selanjutnya adalah pada saat Sherina di rumah dan menceritakan semua kejadian yang dialaminya di sekolah barunya kepada orang tuanya. Sherina dengan semangat bercerita tentang ulah Sadam dan teman-temannya. Orang tua Sherina pun menasihati Sherina agar tidak membalas ulah Sadam dan teman-temannya. Justru orang tua Sherina menyuruh Sherina agar berbuat baik kepada Sadam. Kejadian semacam ini sering dilakukan oleh anak-anak. Seorang anak akan menceritakan kejadian yang dialaminya di sekolah atau dimana saja kepada orang tuanya. Si anak dengan sangat antusias akan bercerita tentang pengalaman baru yang dialaminya. Dengan bijaksana orang tua akan memberikan nasihat yang baik bagi anaknya, sehingga akan tertanam hal-hal yang positif dalam perkembang tingkah laku anak.
Latar yang selanjutnya digambarkan ketika liburan sekolah, Sherina diajak oleh ayahnya berlibur ke rumah teman ayahnya. Tak sengaja di sana Sherina bertemu dengan Sadam, ternyata Sadam adalah anak teman ayahnya. Sherina menertawakan Sadam karena tingkah Sadam di sekolah dengan tingkahnya di rumah sangat lah berbeda. Sadam di sekolah sangat bandel dan terlihat pemberani, sedangkan di rumah ia terlihat seperti anak mami. Ini membuat Sherina tertawa dan merasa lebih berani menghadapi Sadam. Pada kenyataannya seorang anak akan saling mengejek kelemahan satu sama lain, hal ini wajar dilakukan oleh usia anak-anak. Karena dengan begitu anak akan merasa puas, padahal sebenarnya anak belum mengetahui hal yang dilakukannya baik atau buruk. Karena itulah orang tua wajib menasihati anaknya untuk berbuat baik dan tidak membalas perbuatan buruk dengan perbuatan buruk pula.
Latar selanjutnya masih di rumah Sadam, karena merasa malu Sadam pun menantang Serina balapan berlari. Sherina pun menerima tantangan Sadam dengan penuh percaya diri. Saat lari, Sherina terus-terus mengejek Sadam, hal ini membuat Sadam semakin kesal. Akhirnya Sherina pun memenangkan tantangan dari Sadam. Karena kalah Sadam menantang Sherina untuk berjalan menuju Boscha. Sherina dengan semnagat menerima tantangan Sadam. Kesesuaian pada kenyataan, seorang anak meskipun tidak akrab jika sedang berada ditemapat yang sama memungkinkan untuk menunjukkan keberanian dan menjadi yang terbaik. Misalnya saja, seperti contoh dalam film tersebut yaitu menantang untuk cepat-cepatan berlari. Ketika salah satu ada yang kalah si anak tersebut akan menantang ke sesuatu hal yang lebih berat baginya.
Latar selanjutnya adalah pada saat Sherina melakukan tantangan kedua dari Sadam, pada bagian ini merupakan puncak dari ceritanya, yaitu menunjukkan sikap petualangan seorang anak adalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Sadam diculik oleh rekan bisnis ayahnya, Sherina pun mencari akal untuk menyelamatkan Sadam dengan mengikuti penjahat-penjahat itu. Setelah berhasil menemukan Sadam, mereka berlari ke sebuah tempat peneropongan bintang. Penculik itu berhasil mengikuti jejak Sherina dari permen Sherina yang jatuh berserakan. Karena asmanya kambuh, Sadam menyuruh Sherina untuk menyelamatkan diri dan meminta bantuan, Sherina pun mengikuti perintah Sadam. Kisah tersebut menunjukkan bahwa seorang anak-anak mampu mengambil sikap yang bijaksana dan melupakan permusuhan ketika menghadapi masalah yang menimpa keduanya, seorang anak akan cenderung saling membantu sesuai dengan daya imajinasi yang dimilikinya.
Selanjutnya adalah suasana gelisah orang tua Sadam dan Sherina ketika mengetahui anak-anaknya diculik. Ayah Sadam harus menebus Sadam dengan uang dalam jumlah yang banyak, akan tetapi karena tidak meiliki uang yang banyak, hampir saja oarang tua Sadam menjual perkebunan teh miliknya ke orang yang salah, untung saja Sherina datang di waktu yang tepat sehingga semua rahasia terbongkar. Sesuai dengan kenyataan, orang tua akan khawatir dan bingung ketika anaknya hilang, orang tua akan rela melakukan apa saja untuk mendapatkan anaknya kembali. Tidak peduli berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk mencari anaknya, bagi orang tua anak lebih berharga daripada apapun.
Latar yang terakhir adalah, ketika orang jahat telah ditangkap dan semua rahasia telah terungkap, akhirnya Sherina dan Sadam saling memaafkan, akhirnya Sadam dan teman-temannya yang selama ini usil dan bandel mau meminta maaf kepada teman-teman yang pernah dijahilinya. Mereka saling memaafkan dan menjadi teman yang rukun dan berbahagia.
Secara keseluruhan latar tempat dan waktu kejadian atau hal hal yang terjadi pada tokoh di film petualangan Sherina, mengandung unsur tiruan atau kesesuaian pada kejadian sehari-hari. Juga melibatkan hal-hal yang ada di alam semesta ini, misalnya saja kejadian di sekolah, di perkebunan teh, di hutan, dan lain sebagainya yang merupakan bagian dari alam semesta ini. Hal ini menunjukkan bahwa dalam film petualangan Sherina melibatkan bagian-bagian yang ada di alam semseta ini serta kejadian yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari.














Berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan mimetik, cerpen yang berjudul Rusy Kelinciku cocok dibaca oleh anak-anak, karena dalam cerita penggambaran tokoh dan segala unsur-unsur intrinsiknya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Utuk puisi anak yang berjudul Putri Bangau cocok dibaca oleh anak-anak, karena di dalam puisi tersebut lebih menunjukkan sikap balas budi, sehingga akan memberikan hal positif pada sikap dan tingkah laku anak-anak. Sedangkan dalam film yang berjudul Petualangan Sherina kisah dan tingkah lakunya sesuai dengan anak-anak, sehingga film ini cocok ditonton oleh anak-anak karena memberikan contoh kepada anak untuk berpikir kreatif. Serta amanat yang terkandung dalam film sangat baik untuk ditonton oleh anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa sastra anak yang telah penulis analisis melibatkan bagian-bagian dari alam semesta ini dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaiknya bacaan anak lebih diperhatikan lagi, sehingga sesuai untuk anak-anak dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan lagi.











    Desember 2013.
    mimetik_09.html diunduh pada tanggal 22 Desember 2013.
    Desember 2013














Rusy, Kelinciku

“Hoaaamm…!” aku terbangun di pagi yang cerah. “Wah, sudah pagi rupanya! Aku sholat subuh dulu, deh!” gumamku. Lalu, aku pun membereskan ranjangku, dan pergi ke kamar mandi yang kebetulan berada di kamarku. Kemudian, aku segera mengambil air wudhu. Setelah itu, aku menunaikan ibadah shalat subuh. Allahu akbar! gumamku pelan.
Tujuh menit kemudian, aku sudah selesai shalat subuh, dan sudah melipat sajadah dan mukena yang kupakai saat shalat tadi. “Wah, mama sudah bangun belum ya?” tanyaku kepada diriku sendiri. Aku adalah anak tunggal. Dulu aku mempunyai adik. Tetapi, adikku meninggal karena terkena penyakit demam berdarah, dan telat masuk RS. Lalu, aku turun ke bawah, menuju kamar mama. Papaku sekarang sedang dinas di Singapura. Jadi, aku di rumah bersama mama dan bi Minah, PRT ku.
“Halo, ma!” sapaku kepada mama. “Eh, Rani sayang. Sudah bangun? Sudah shalat subuh belum?” tanya mama. “Sudah dong, ma. Mama sendiri?” aku balik bertanya. “Mama juga sudah shalat. Baru saja selesai. Sarapan yuk, sayang!” ajak mama. “Ayuk, ma!” Lalu, kami pun sarapan pagi di ruang makan. “Mari, Nyonya, Non Rani. Silakan dimakan,” ujar bi Minah yang sudah memasakkan sarapan pagi itu. “Hmm… lezat sekali!” seruku seraya membuka tudung saji yang berwarna hijau tua itu. “Wah, pantas saja lezat. Bi Minah emang oke!” seruku yang melihat pancake cokelat plus keju dan saus karamel yang nikmat dan susu hangat untuk sarapan kali ini. “Ayo, sayang!” Lalu, aku dan mama pun berdoa terlebih dahulu, dan langsung menyantap sarapan pagi ini.
“Hmm! Kenyang!” seruku senang sambil mengelus-elus perutku. “Ma, aku mau lihat Rusy dulu, ya,” pamitku. Mama mengangguk. Aku segera pergi ke luar rumah untuk melihat Rusy. Rusy adalah kelinci kesayanganku. Kalaupun dia mati, dia tak akan terganti oleh siapapun, walaupun ada yang memaksa untuk membelikan kelinci yang baru. “Hmm, kira-kira, Rusy sedang apa ya?” tanyaku. “Hai Rusy!” sapaku ramah saat aku berada di depan kandangnya. “Rusy? Rusy!” panggilku saat Rusy tak bergerak. Biasanya, setelah aku memanggil Rusy, dia selalu terbangun dan berlarian di kandangnya. Mengapa sekarang tidak? Oh ya! Aku baru ingat! Dia kan sedang mengandung! Rusy adalah kelinci betina. Yap! Tepat sekali! Kata temanku Reina, jika kelinci sedang mengandung, dia akan malas bergerak walaupun kita sudah memanggilnya berkali-kali. “Rusy sedang tidur, ya?” tanya mama yang tiba-tiba muncul di sampingku. “Iya, ma. Dia kan sedang mengandung,” jawabku pelan. “Hmm, pasti sebentar lagi dia akan melahirkan. Dan benar saja! Rusy tiba-tiba saja sangat gelisah dan merintih kesakitan seperti orang yang sedang ingin melahirkan. “Ayo ma! Kita ke dokter hewan!” ajakku panik. “Ayo!” Lalu, kami pun memasukki mobil dan membawa Rusy ke dokter hewan.
Senang, panik, takut, gembira, dan sedih akan Rusy bercampur aduk menjadi satu di dalam benakku. Aku ber-istigfar berkali-kali. Akhirnya sampai juga, gumamku dalam hati saat melihat tulisan ‘KLINIK DOKTER HEWAN’. “Ayo, sayang! Jangan lupa bawa Rusy juga!” perintah mama. “Baik, ma!” Akupun berlari mengikuti mama yang sudah berjalan duluan ke dalam klinik. “Permisi, hewan ini akan melahirkan. Bisa minta tolong pertolongan secepatnya?” tanya mama yang wajahnya juga gelisah tak karuan. “Baik bu. Sini sayang, kelincinya,” sahut pegawai itu yang lalu membawa Rusy ke dalam kamar persalinan. “Kami boleh ikut kan?” tanyaku yang sudah menangis tersedu-sedu. “Tentu boleh, adik kecil,” jawab pegawai itu sambil tersenyum.
Kemudian, kami pun memasukki ruangan yang cukup besar. Rusy pun diminta oleh pegawai itu untuk mengeluarkan anak-anaknya dari perutnya. “Ayo, Rusy. Keluarkan anak-anakmu. Ayo! Kamu pasti bisa!” seruku memberikan dukungan semangat untuk Rusy. Rusy seakan mengangguk dan mengerti apa yang kukatakan, dia pun melakukannya. 10 menit kemudian, anak-anak Rusy yang sangat lucu dan imut pun sudah keluar. Anak-anak Rusy ada 5. Mereka semua kuberi nama: Syra, Runa, Refitt, Kiene dan Fred. Aneh-aneh semua, ya? Lalu, aku bertanya kepada pegawai itu. “Mbak, apakah Rusy dan anak-anaknya sudah boleh dibawa pulang?” tanyaku cemas. “Kalau anak-anaknya boleh. Kalau Rusy…” ucapan pegawai itu terputus. “Kalau Rusy kenapa mbak?! Kenapa dengan Rusy?!” seruku tak tahan.
Akhirnya aku menangis. “Kalau Rusy… dia sudah mati,” sahut pegawai itu menunduk. “APA?! TIDAK! TIDAAAKK! TIDAAAKK! RUSY! KAMU MASIH HIDUP! RUSSYYY…!!! Rusy…” teriakku sembari menangis sejadi-jadinya. “Rusy…” ucapku lirih.
“Sayang! Rani sayang, jangan menangisi Rusy. Dia sudah tenang di alam sana. Sudahlah sayang, jangan menangis lagi, ya?” ujar mama yang menenangkanku saat sudah sampai di rumah. “Tapi ma… Aku sangaaat sayang Rusy. Setiap harinya kuberi makan dia, kubersihkan kandangnya, kuperhatikan dia, kurawat dia, kulindungi dia, kuratapi saat dia sakit. Tetapi sekarang, Rusy sudah mati… Hiks hiks hiks… Aku sangat sedih ma. Rusy sudah kuanggap sebagai adikku sendiri walaupun dia binatang. Aku sangat sayang dia…,” ujarku yang masih saja menangis. “Sayang, bagaimana kalau mama belikan kelinci baru?” tanya mama. “Enggak mau!” teriakku. Brak! Aku pun menutup pintu dengan keras.
Aku segera mengambil kertas HVS dan bolpoin. Aku ingin menulis puisi untuk Rusy. 30 menit kemudian, aku sudah selesai menulis puisi. Aku segera memperlihatkan kepada mama. Mama yang membacanya sangat terharu. Aku pun ikut menangis kembali. I love you, Rusy… You are always my lovely pet… gumamku dalam hati sambil tersenyum sedih.
TAMAT
Cerpen Karangan: Quintania HB
Facebook: Quint Angel










PUTRI BANGAU
Karya Leon Agusta

Konon dahulu di negeri Jepang
Tersebutlah tentang sebuah dongeng
Mengisahkan seekor bangau yang malang
Sayapnya luka tak bisa terbang

Seorang Pak Tani setengah baya
Menemukannya dekat telaga
Bangau dipungut diobatinya
Sehingga sembuh sayap yang luka

Sang bangau tak dapat banyak bicara
Pada Pak Tani berhati mulia
Dalam hatinya ia berjanji
Suatu waktu akan datang kembali

Datanglah saatnya di suatu pagi
Ketika Pak Tani lagi sendiri
Datanglah padanya seorang putri
Ingin diterima sebagai istri

Karena tak ada aral melintang
Mereka pun kawin tanpa halangan
Mendirikan huma di tengah hutan
Sambil bekerja pagi dan petang

Ketika Pak Tani kerja di lading
Sang istri bertenun dalam kamar

Setelah siap selembar kain
Sarung sutra halus dan indah
Sang istri mohon agar dijual
Kepada pedagang yang dari kota

Karena kainnya sangat indah
Sutra halus tenunan dewi
Pedagang kota sedia membayar
Banyaknya uang sepundi emas

Demikianlah hidup Pak Tani miskin
Menjadi kaya beristri jelita
Mereka rukun saling setia
Nikmati hidup damai bahagia
















Sherina adalah seorang gadis cilik yang cerdas, enerjik, berani, dan senang menyanyi. Dia selalu berusaha dalam mencapai keinginannya. Cerita film Petualangan Sherina ini diawali dengan adegan Sherina memanjat pohon untuk memberikan makan kepada anak burung yang ada di cabang pohon tersebut. Kemudian Sherina turun dan bermain bersama teman – teman yang menunggunya di bawah. Mereka benyanyi dan bergembira dalam perjalanan pulang sekolah. Di tengah jalan, mereka berpisah dan segera pulang ke rumah masing – masing.
Sesampainya di rumah, Sherina diberitahu bahwa akan ada kabar bagus dari ayah. Ternyata kabar tersebut adalah tentang diterimanya Pak Darmawan, ayah Sherina, di perkebunan sayur di Bandung Utara yang mengharuskan mereka sekeluarga pindah ke Bandung dan membuat Sherina harus rela meninggalkan teman – temannya.
Selama perjalanan dari Jakarta ke Bandung, ia selalu cemberut. Meskipun sempat tersenyum dan terpana melihat pemandangan di kanan dan kirinya, ia kembali menekuk wajah karena masih memiliki rasa berat meninggalkan Jakarta.
Cerita pun beralih ke setting sekolah baru Sherina. Disini digambarkan bahwa Sadam bersama kedua temannya, Dudung dan Ican, menjahili Fariz dengan menempatkannya di atas lemari buku sampai bel masuk berbunyi dan datangnya Bu Guru. Bu Guru menyuruh Ican membantu Fariz turun dan bilang pada para siswa bahwa akan ada murid baru dari Jakarta. Ibu Guru pun menyilahkan Sherina masuk dan memperkenalkan diri. Saat itu, Sadam menjahilinya dengan memanggilnya “Monyet”.
Ketika istirahat, Sherina menanyakan kepada teman – temannya mengapa mereka tidak berani melawan Sadam. Mereka pun menjawabnya dengan mengatakan bahwa Sadam anaknya kasar sehingga tidak ada satu pun anak yang berani melawannya walaupun geng Sadam selalu menjahili mereka. Mendengar hal ini, Sherina menggalang teman – teman barunya itu untuk melawan Sadam. Sherina menantang Sadam meminta maaf karena mengatainya “Monyet”. Sadam tidak mau melakukan hal tersebut. Mereka pun saling meledek di tengah lapangan melalui nyanyian musikan sebuah lagu.
Malamnya, Sherina curhat tentang Sadam kepada ibunya. Sherina menanyakan apakah kenakalan itu merupakan bawaan dari kecil. Kemudian ibunya menjawab dengan bijak bahwa setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci sehingga kenakalan bukanlah bawaan lahir. Kenakaln terjadi karena pengaruh lingkungan yang menyertainya. Untuk mengetahui alasan mengapa Sadam nakalnya bisa keterlaluan seperti itu, kita bukannya menjauhi, melainkan malah harus menjadikan anak yang nakal sebagai teman.
Esok harinya, Sherina kembai dijahili dengan Sadam yang menempelkan permen karet di kursi Sherina. Rok pramukanya menjadi lengket. Sherina pun kesal. Di saat yang sama, Ibu Guru mengumumkan bahwa akan ada libur selama tiga hari berturut – turut dan mewajibkan para siswanya untuk membuat karangan tentang pengalaman menarik selam liburan tersebut.
Ketika Sherina pulang sekolah, Pak Darmawan memberitahukan padanya bahwa untuk mengisi liburan, mereka diundang Pak Ardiwilaga untuk menginap di rumahnya. Mereka pun segera bergegas. Disana, setelah sempat melihat Natasha, mereka langsung bertemu keluarga Ardiwilaga dan akan berkenalan dengan anaknya yang dipanggil Yayang. Setelah dipanggil, ternyata Yayang adalah Sadam. Sherina pun tertawa melihat hal itu.
Di lain waktu, Sadam menantang Sherina untuk dulu – duluan sampai ke Peneropongan Bintang Bosscha. Sherina pun menyanggupinya. Besoknya, Sherina menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dan membawa serta alat – alat kemping. Kebalikan dari Sherina, Sadam tidak membawa apa – apa kecuali botol air minum. Mereka pun melakukan perjalanan. Di tengah jalan, mereka terpisah. Sherina menyadarinya dan segera mencari Sadam. Tiba – tiba ia dikejutkan oleh hadirnya orang – orang yang ternyata menculik Sadam. Ia berhasil kabur dari kepungan para penculik tersebut. Namun, Sherina kembali lagi dan berusaha menolong Sadam dengan cara menyusup ke mobil dan rumah penculik tersebut. Di tengah malam, saat para penculik terlelap, ia berhasil membantu Sadam membebaskan diri. Mereka pun bersembunyi di Bosscha.
Di lain tempat, di sebuah gedung perkantoran megah di Jakarta, Natasha datang ke tempat Kertarajasa dan memberitahukan bahwa Ibu Ardiwilaga telah meneleponnya untuk menyetujui tawarannya untuk menjua perkebunan Ardiwilaga karena dia butuh uang tiga milyar untuk menebus Sadam yang sedang diculik. Kertarajasa pun senang karena merasa sebentar lagi perkebunan Ardiwilaga akan jatuh ke tangannya dan keinginannya untuk membuat proyek real-estate akan segera terlaksana.
Kembali ke Bosscha, esok paginya, Sherina kabur mencari pertolongan. Dia pergi sendiri karena Sadam tidak kuat berlari akibat asmanya kambuh. Sherina pulang ke rumah Pak Ardiwilaga dengan cara menumpang truk sayur. Di saat yang sama, Pak Ardiwilaga hampir saja menandatangani surat penjualan tanah perkebunan yang diajukan Natasha. Pak Ardiwilaga sempat ragu untuk menandatanganinya karena ia masih berat untuk melepaskan tanah yang sudah menjadi warisan turun – temurun dari keluarganya.
Sherina pun sampai disaat yang tepat. Ia datang tepat ketika Pak Ariwilaga akan menandatangani surat itu. Sherina datang sambil membawa bukti – bukti berupa surat perjanjian antara Natasha dan Kertarajasa yang diambilnya di rumah komplotan penculik Sadam. Pak Ardiwilaga marah. Natasha pun digelandang polisi. Polisi juga menangkap Kertarajasa yang sedang mengadakan konferensi pers di kantornya. Kejadian ini membuat Sadam mau berdamai dengan Sherina dan meminta maaf atas perlakuannya yang suka jahil kepada teman – teman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Diksi

TUGAS ANALILIS NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

ANALISIS DIKSI PADA PUISI